untitled part IV

"ah serius lo?! ditembak marcello?!" ugh telinga ku sakit sekali saat suara ica meleking di handphone-ku.
"iya.ampun, enggak usah teriak-teriak gitu juga kali caa"
"terus terus? mau lo terima??"
"hhh.. ya enggak lah. dia udah kaya kakak gue. besok gue mau langsung bilang"
"hmm.. lo.. serius mau nolak?"

"serius"
"kenapa harus ditolak.. za?" kali ini nada suara ica semakin tenang dan.. kecewa.
"yaa karena enggak enak aja kalo orang yang gue anggep sebagai kakak gue sendiri tiba-tiba nembak gue" jawabku dengan enteng. dan ica hanya terdiam. baru kali ini aku merasa ica jadi tenang. padahal biasanya berisik sekali.
"halo ca? lo masih disitu kan?" tanyaku.
"eemm.. masih za. emm.. lo yakin? engga nyesel?"
"yep. gue yakin sama jawaban gue dan.. dihati gue udah ada orang lain ca"


***


pukul 06.30 pagi. aku kesiangan! semalam aku bertelponan dengan ica hingga pukul 11 malam, dan.. aku memang tidak bisa tidur. walaupun sudah tahu apa keputusanku. tapi tetap saja aku memikirkan banyak hal. bagaimana hubungan kami selanjutnya kalau aku menolaknya? apa cello bakal marah?
ditambah lagi hari ini adalah hari rabu. kimia untuk pembukaan hari ini!
mati aku. pak abu, guru kimia-ku. dikenal sangat 'killer' disekolah. kalau terlambat 10menit aja, kita enggak bakal diperbolehkan masuk kelas dan malah disuruh ke perpustakaan hingga pelajaran kimia selesai.
aku segera bergegas dan melakukan semua nya begitu cepat.
tapi tetap saja, aku terlambat 15 menit. dan begitu sampai depan kelas, terlihat pak abu dengan kumisnya yang khas dan mata nya yang melotot.
"kamu tahu aturannya bukan?" kata pak abu sambil bertolak pinggang. aksen batak nya yang kental dan raut wajahnya yang terlihat kesal membuatku semakin ketakutan.
"i..iya..pak.." kataku pelan sambil mengangguk.
"yasudah, cepat kamu ke perpustakaan" katanya sambil berbalik badan. tanpa basa-basi aku melangkahkan kakiku dengan gontai menuju perpustakaan.


lorong begitu sepi. murid-murid pasti sudah mulai belajar. dari kejauhan, kulihat ada seorang murid laki-laki berlari menuju kearahku. tidak jelas siapa orangnya. segera kupakai kacamataku. oh.. ternyata cello.
"g'morning my princess" katanya dengan lembut. aku hanya tersenyum.
"kok malah keliaran non? bukannya udah bel ya?" lanjutnya.
"gue diusir sama pak abu. biasa, telat" kataku sambil tersenyum garing.
"hahaha cuekin aja. guru kayak gitu mah enggak usah diladenin"
"yeah.. gue juga lagi enggak niat belajar kimia hari ini. mau tidur aja diperpus"
"mau gue temenin?"
"enggak usah. enakan sendiri hehe. oya.. tentang yang kemaren.. gue.. udah punya jawabannya" kataku. sekarang aku menjadi tidak yakin ingin memberikan jawabannya sekarang.
"oya?? so, apa jawabannya?" kali ini aku benar-benar menyesal telah mengakatan hal tadi. wajah cello kini penuh dengan harap, cemas, sedikit tidak tenang. aku jadi tidak tega dengannya.
tapi, inilah keputusanku. tidak boleh ragu lagi..
"emm.. sorry cel. bagi gue, elo cuma gue anggep kakak gue doang. gak lebih.." akhirnya aku mengatakannya juga.
"kenapa???? gue kurang apa za?? atau.. lo masih ngarepin si cowok suram itu?!" katanya, kali ini nadanya sedikit tinggi. aku heran.
"maksud lo? hawkeye?"
"yaiyalaah!! siapa lagi?! dia kan udah jauhin lo! ngapain juga mesti lo kejar lagi?!"
what? kenapa dia tau kalau hawkeye... jangan-jangan dia ngamcem hawkeye..
"lo bilang apa sama dia?! jawab!!! jangan bilang lo abis ngamcem dia?!" kali ini nadaku semakin tinggi. aku emosi.
"eh.. ngga.. itu.. gue.." cello kini gelagapan. jelas kalau barusan dia telah keceplosan.
"minggir lo gue mau lewat" kudorong cello lalu bergegas. terdengar suara cello berteriak memanggil namaku.
tapi aku mengacuhkannya. aku tidak percaya kalau cello berbuat hal seperti itu. aku benar-benar kecewa. lalu airmataku kembali membasahi pipiku. dengan cepat aku mengusapnya. aku tidak mau jadi cewek cengeng..


perpustakaan. sepi, tenang dan memang tempat paling asyik untuk tidur. penjaga perpus tersenyum padaku, ia tahu mengapa aku kemari pagi ini. aku memang langganan tempat ini, hampir tiap hari rabu aku pasti selalu kesini, yah kalian tahu apa penyebabnya..


pikiranku campur aduk. aku berpura-pura mengambil buku. kucari tempat paling pojok. tempat paling enak untuk tidur.
hmm.. enaknya sambil dengerin lagu. kuambil headset ditasku. saat aku ingin memejamkan mataku, ada seorang cowok duduk diseberangku. hawkeye!
kenapa dia ada disini? bukannya lagi pelajaran? apa dia cabut? nggak mungkin! tapi.. siapa tau jamnya lagi kosong.
aku ingin sekali menyapanya. tapi.. aku tidak berani. masih terngiang-ngiang kata-katanya saat diruang klub kemarin. lagipula, melihat ku saja tidak. kutundukkan kepalaku, aku tak kuat membendung airmata ini. pengecut sekali aku. tapi, aku tidak bisa begini terus. mumpung sepi, ini kesempatanku!
segera kuhapus airmataku, lalu aku bangkit dari kursi.
"ketua, boleh ngomong sebentar?" suaraku gemetar, tidak keren sekali. masa bodoh, yang penting aku harus selesaikan hari ini.
"ngomong aja" katanya tanpa menengok kearahku.


kutarik nafas sedalam-dalamnya. jantungku berdegup dengan kencang, kuusahakan agar suara jantungku ini tidak terdengar olehnya. kulihat penjaga perpus sedang tertidur. hanya ada kami bertiga.
"gue.. gue suka sama lo" gotcha! suaraku terlalu keras dan gemetar. jelas sekali kalau aku sangat gugup. untungnya suaraku ini tidak cukup membangunkan si penjaga perpus.
hawkeye langsung mendongak, melihat kearahku. wajahnya menggambarkan bahwa dia tidak percaya apa yang telah kukatakan barusan.
"gue nggak bohongan, gue serius kok" kataku mantap. aku tidak ragu lagi. aku sudah siap menerima segala keputusan dia.
"hmpft.. hahahahaha" dia tertawa. baru kali ini aku melihatnya tertawa. mukaku memerah seketika.
"kok ketawa sih?? gue serius tauu"
"muka lo.. muka lo lucu banget hahaha" aku menjadi sedikit kesal. ugh dia tidak mikir apa kalau aku mati-matian buat ngungkapinnya?
aku hanya terdiam memandangnya. lalu hawkeye ikut diam. suasana jadi hening sekali.
tak lama dia membuka suara,"terus.. gimana sama dia?"
"siapa? cello? gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia. gue cuma nganggep dia sebagai kakak gue, nggak lebih" . hawkeye membisu. diam dan hanya menatapku.
"oya, dia ngomong apa sama lo?" tanyaku.
"nggak perlu tau, urusan cowok. yang penting sekarang dia udah tau, kalo gue yang menang" katanya dengan tenang.
"maksudnya? menang apaan?" aku semakin tidak mengerti omongannya.
"pokoknya gue yang menang. gue sayang sama lo aurora" ucapnya dengan lembut.
mukaku semakin merah, aku menjadi gelagapan tak percaya. bingung harus berkata apa.
tiba-tiba dia bangkit dari kursinya dan mendekatiku.
"rambut yang selalu dikuncir, cuek, ceroboh, manis, cengeng dan tapi selalu ceria. gue suka lo yang seperti itu" katanya sambil membelai rambutku. lalu ia memelukku. god, jantungku berdegup lebih kencang seperti bom atom yang akan meledak.
rasanya aku seperti sedang bermimpi,"gue sayang sama lo, hawkeye" kataku. lalu membalas pelukannya
kami berpelukkan cukup lama. biarlah, aku sangat rindu dengannya..


the end..